Selasa, 19 April 2011

banding membanding, ambil positifnya aja ya.. :D


Saya mau berbagi pengalaman berobat ke Malaysia dan ini sekaligus menjadi postingan pertama saya. Okay, sebelum baca lebih lanjut mari hilangkan sejenak mindset negatif yang dikarenakan "berita-berita" dalam beberapa waktu yang lalu, kembali baca judul di atas. :)

Sebelumnya saya tidak ada rencana untuk berobat ke sana. Saya pikir ngapain jauh-jauh berobat ke negara orang padahal di sini banyak dokter yang gk kalah pinter. *merujuk kpd dosen-dosen saya. xixi* Okay, minus peralatan pemeriksaannya..

Tetapi sekitar dua minggu lalu tante saya tetap tidak puas dengan pengobatannya dengan banyak dokter di sini dan mendengar pendapat dari beberapa rekannya untuk berobat ke negara tetangga, beliau mengajak saya pergi ke sana. Sekedar info tante saya mengalami dispepsia yang sudah lamaaaa bgt sampe-sampe sekarang makannya yang bisa hanya nasi putih. Gk mau pake lauk karna bumbu-bumbuan gk bisa, bahkan garam sekalipun. Saya juga bingung jadi tempat curhat si tante dan merasa sangat useless ketika beliau sudah mengeluh tentang penyakitnya karena udah bingung mau nasehatin makanan apa lagi. hemm..

Setelah mempersiapkan semuanya, mulai dari info hospital di sana, booking hotel dan tiket pesawat, packing baju, bla bla bla... Akhirnya kami berangkat Minggu, tanggal 10 April. Karna keberangkatannya pagi, jadi kami punya banyak waktu untuk main dulu di KL sebelum pergi ke Malaka. :D :D Nah, setelah puas (sangat puas) seharian muter KL, malamnya baru berangkat ke Melaka pake bus transnational keberangkatan terakhir (pukul 22.00 waktu setempat). dan kami sampai d Melaka pukul 23.30.. langsung menuju hotel dan istirahat... zzzzzz. -w-

Keesokan harinya, baru deh kami ke rumah sakitnya, yang sangat dekat dari hotel kami. Jadi jalan dikit aja udah nyampe. Ketika jalan si papa (papa sama om juga ikut ceritanya..) nunjuk gedung hospitalnya dan bilang ke saya kalo itu dia. Wah, rasanya bener-bener penasaran ingin liat se-wah apa si rumah sakitnya. se-wah apa pelayanannya sampe-sampe orang-orang di negara kita banyak yang berobat ke sini.


Itu foto diambil dari parkiran hotel, dengan latar hospitalnya..

Ketika masuk, suasananya nyaman banget kaya di lobi hotel ( xD ). tapi waktu registrasi saya kecewa, katanya disini pelayanannya ramah, tp kok saya dapatnya kasar gini ya.. Petugas registrasinya ngomongnya gk ramah, main bentak-bentak aja. Papa bilang sih yang lain ramah, ini orang aja yg gk.

Jadi di meja registrasi itu kita ditanyain mau ke dokter apa. Nah di sinilah saya yang tadinya gk ada niat berobat jadi didaftarin berobat sama si papa. Tante berobat ke internist dan kandungan, saya didaftarin ke ortopedi dan jantung. dan kita berpencar, papa nemenin tante dan om ke internist, dan saya ke kliniknya dokter jantung. Point positif pertama yang saya liat disini dokternya standby terus dari pagi sampe sore, jadi gk ada cerita pasien nunggu lama di rumah sakit dulu baru si dokternya datang.

Sebenarnya saya belum pernah periksa jantung, saya juga tidak tau apakah jantung saya emang ada masalah atau gk. Didaftarin ke jantung di sana karna ada riwayat keluarga, dan mudah sesak.

Ternyata nunggu gilirannya lama juga. ckck, sama aja rumah sakit dimana-mana ya harus bener-bener nyediain waktu satu hari untuk berobat. Sambil menunggu, di ruang tunggu saya berkenalan dengan pasien yang ternyata juga dari Indonesia. ada dua orang. satu dari Pekan baru, satu lagi dari Dumai. Sejujurnya saya gk menyangka mereka orang indonesia karna yang dari pekanbaru, mirip keturunan india gt, kirain warga malay yg keturunan india. dan yang dari Dumai juga, saya kira warga malay keturunan chinese, ternyata orang kita jg. :P

Anyway, si ibu yang dari Pekanbaru cerita kalo suaminya 5 hari yang lalu operasi jantung sama dokter ini. Menurut cerita sang Ibu, urat jantung suaminya putus (gk ngerti maksudnya apa), jadi dokternya masukin alat kamera lewat pembuluh darah di tangan terus ke jantung dan diliat lewat monitor (mungkin maksudnya kateterisasi). Beliau mengatakan biaya yang habis totalnya sekitar Rp.80juta, udah masuk perawatan selama di sana. Ketika saya tanyakan kenapa berobat di sini beliau menjawab "disini kita puas berobat. Kalo di sana (di pekanbaru, red) biaya yang bakal habis lebih kurang sama, tapi dokternya suka mengundur-ngundur. Kalo di sini langsung ditindak."

Jadi kalo menurut saya ini karna dokter di sana fokus di satu rumah sakit dan fasilitasnya lengkap, jadi lebih cepat dan efisien untuk melakukan tindakan.

Akhirnya nama saya dipanggil juga. Di dalam saya ditanya tentang keluhan, sesuai apa yg saya pelajari di kampus. Setelah di anamnesis (tanya jawab dokter pasien) saya disuruh cek labor, rontgen torak, EKG, Spirometer, dan echocardiografi dasar (lengkap banget pemeriksaannya). Dan hasil dari semua pemeriksaan itu langsung keluar di hari itu juga. Alhamdulillah hasilnya tidak ada masalah. :)

Satu hal lagi yang ingin saya bandingkan adalah ketika berada di klinik ortopedi dengan keluhan skoliosis. Di padang saya pernah memastikan skoliosis, tapi sama sekali gk puas karna sang dokter sangat sangat SANGATTT sibuk. *bete* Di Padang di salah satu rumah sakit swasta saya berobat untuk memastikan kelainan tulang belakang saya. Kunjungan pertama 5 menit saja gk sampai, padahal nungguin Beliau datang ke rumah sakit 1 jam lebihhh. Cuma ditanya kenapa, dan saya bilang keluhan, lalu Beliau nulis di kertas rujukan untuk dirontgen, dan beliau memanggil pasien yang berikutnya. Kunjungan kedua, saya memberikan hasil rontgen ke Beliau dengan harapan mendapat penjelasan yang cukup tentang hasilnya. Tapi Beliau hanya berkata "memang kamu skoliosis, ini gk bisa diperbaiki, kalo kamu mau lurus juga operasi aja." Memang, saya juga tau tatalaksana skoliosis memang seperti itu, tapi cara Beliau memperlakukan pasien sangat saya sayangkan. Ketika saya tanya berapa derajatnya, Beliau menjawab "untuk apa? itu gk penting dan kalau mau tau juga, kamu coba cari residen di M.djamil, bilang kalo saya yang nyuruh ya. Karna menentukan derajat itu habis waktu saya."
Saya belum puas bertanya pasien berikutnya sudah dipanggil. (-,-) Ini adalah fakta yang menyedihkan. Semoga kita calon penerus tidak mengulangi kasus ini ke depannya.

Mari bandingkan dengan pelayanan dokter di sana. Ketika saya masuk ke klinik ortopedi, dokternya sudah standby di sana. Beliau menyambut saya dengan senyum dan menanyakan keluhan. Ketika saya memberikan hasil rontgen toraks yang sudah diambil sebelumnya, beliau langsung mengukur derajatnya. Bahkan beliau mengajarkan saya cara menentukan derajat. :D Lalu memberikan BANYAK informasi mengenai kelainan ini. Mungkin di dalam kliniknya saya menghabiskan waktu sekitar 30 menit mendengarkan penjelasan. Memang, inti terapinya sama juga dengan yang sebelumnya saya dengar dari "dokter-sibuk" itu, tapi banyak ilmu juga yang ditransfernya. Selain itu, beliau tidak menganggap kelainan ini sebagai suatu ke-cacat-an seperti yang disiratkan "dokter-sibuk" itu. Dan karna derajatnya sedang, beliau tidak menganjurkan saya dioperasi, cukup observasi saja, dan jika tahun depan masih bertambah baru dianjurkan untuk dioperasi.

Niat awal nemenin tante berobat malah jadi ngurusin diri sendiri di sana. Hehe. Banyak yang bisa saya pelajari dari 3 hari trip ini, dan berharap bisa lebih baik dalam prakteknya nanti. :)

3 komentar:

Widodo Saputra mengatakan...

Uni.., uni.., ke Malaka gak bilang2.
BTW, awal yang bagus untuk blog baru Uni..

ica mengatakan...

hehe, makasi do.. Ajarin uni yaa gmn cra ngeblok yg bagus. :D

ica mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar